A.
TEORI KEMAGNETAN BUMI
Bumi
adalah magnet raksasa. Sebagai magnet raksasa, bumi memiliki kutub magnet,
yaitu kutub utara magnet dan kutub selatan magnet. Kutub utara magnet bumi
berada di sekitar kutub selatan bumi, sedangkan kutub selatan magnet bumi berada
di sekitar kutub utara bumi.
deklinasi adalah sudut pada
bidang datar antara Kutub Utara Magnetik (arah ujung utara dari jarum kompas
bermagnet, sesuai dengan arah garis medan magnet Bumi) dengan Utara sejati
(arah di sepanjang meridian ke arah geografis Kutub Utara).
inklinasi adalah sudut yang
dibentuk antara ujung jarum kompas dengan arah horizontal
permukaan bumi. Sudut inklinasi bernilai positif, jika kutub
utara jarum kompas berada di sebelah atas garis mendatar dan bernilai negatif
jika kutub utara jarum kompas berada di bawah garis mendatar.
Medan
magnet bumi, sangat penting bagi kehidupan di bumi. Medan magnet bumi berfungsi
untuk melindungi penduduk bumi dari radiasi kosmik (partikel listrik yang
dihasilkan oleh matahari atau benda-benda langit lainnya) yang dapat
membahayakan kesehatan. Dengan adanya medan magnet bumi, partikel listrik tidak
dapat masuk ke seluruh permukaan bumi, tetapi akan tertarik menuju ke
kutub-kutub magnet bumi. Saat menabrak atmosfer bumi, partikel listrik tersebut
terionisasi (peristiwa lepasnya elektron dari nukleon) dan membentuk plasma
lemah (gas super yang dipanaskan agar elektron terlepas dari nukleon). Tampilan
indah cahaya plasma inilah yang kemudian dikenal sebagai aurora.
B.
INDUKSI MAGNET DAN GAYA LORENTZ
1.
Induksi Magnet
Hans Christian
Oersted (1820) dalam suatu percobaan (yang dikenal dengan Percobaan Oersted)
menemukan bahwa arus listrik dapat menimbulkan medan magnet. Caranya adalah
dengan mengamati pergerakan jarum kompas saat diletakkan di dekat kabel yang
dialiri arus listrik. Arah medan magnet
dan arah arus dapat di tunjukkan dengan menggunakan kaidah tangan kanan. Arus
listrik ditunjukkan dengan huruf I dan medan magnet ditunjukkan dengan huruf B.
Jika pada kawat
lurus, medan magnet terbentuk melingkari arah arus. Pada kumparan medan magnet
tampak melingkari kabel membentuk kutub utara dan selatan pada ujung-ujungnya,
persis seperti pada magnet batang.
2.
Konsep Gaya Lorentz
kawat berarus yang
berada dalam medan magnet akan mengalami gaya yang disebut dengan gaya Lorentz. Semakin besar arus
listrik, gaya Lorentz yang dihasilkan semakin besar. Semakin besar medan
magnet, gaya Lorentz yang dihasilkan semakin besar. Begitu pula dengan panjang kawat berarus,
semakin panjang kawat berarus yang ada
dalam medan magnet, gaya Lorentz yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk arah
arus (I) dan arah medan magnet (B) saling tegak lurus, secara matematis,
besarnya gaya Lorentz dituliskan sebagai berikut:
F
= B . I . L
dengan:
F
= gaya Lorentz (newton)
B
= medan magnet (tesla)
I = kuat arus listrik (ampere)
L = panjang kawat berarus yang masuk ke dalam
medan magnet (meter)
Penentuan arah gaya Lorentz, dapat dilakukan
dengan menggunakan kaidah tangan kanan
C.
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
konsep
perubahan medan magnet dapat menghasilkan listrik disebut juga induksi elektromagnetik
Menurut
Faraday, listrik dapat dihasilkan dengan cara menggerakkan magnet batang keluar
masuk kumparan. Temuan ini diterapkan pada generator listrik yang mengubah
energi gerak menjadi energi listrik.
Alat-alat
yang menggunakan prinsip kerja induksi elektromagnetik: Generator, Dinamo AC-DC, Transformator.
Berdasarkan
penggunaannya, transformator dibagi menjadi dua jenis, yaitu transformator step-down dan transformator step-up. Transformator step-down berfungsi untuk menurunkan
tegangan listrik, sedangkan transformator step-up
berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik
Dengan:
Vp = Tegangan primer
(volt)
Vs = Tegangan sekunder
(volt)
Np = Jumlah lilitan
primer
Ns = Jumlah lilitan
sekunder
Transformator
pada dasarnya terdiri atas lilitan primer dan lilitan sekunder yang dihubungkan
dengan menggunakan inti besi. Lilitan primer yang mendapat tegangan AC akan
menginduksi lilitan sekunder. Perubahan arah arus AC membuat medan magnet yang
terbentuk berubah-ubah, sehingga menghasilkan tegangan AC pada ujung-ujung
kumparan sekunder. Inti besi digunakan
dengan tujuan untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
Besar
kecilnya tegangan keluaran yang dihasilkan transformator sangat dipengaruhi
oleh jumlah lilitan pada kumparan primer dan sekunder. Jika jumlah lilitan
primernya lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder, maka tegangan pada
kumparan sekunder juga akan lebih kecil daripada tegangan pada kumparan primer,
dan transformator tersebut disebut transformator step- down. Namun, jika jumlah lilitan primernya lebih sedikit
daripada jumlah lilitan sekunder, maka tegangan pada kumparan sekunder akan
lebih besar daripada tegangan pada kumparan primer, dan transformator tersebut
disebut transformator step-up.
Pada
transformator ideal, energi listrik yang masuk ke dalam kumparan primer akan
dipindahkan seluruhnya ke dalam kumparan sekunder. Hal ini mengakibatkan besar efisiensi
transformator menjadi 100% atau secara matematis dituliskan sebagai berikut.
Pada
kenyataannya, tidak pernah dapat dibuat transformator dengan efisiensi sebesar
100% (ideal), karena Sebagian energi listrik yang masuk
ke dalam kumparan primer akan diubah menjadi kalor.
Perhitungan
efisiensi trafo (η) yang tidak ideal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut.
dengan:
Pout
= daya listrik pada kumparan sekunder (W)
Pin = daya listrik pada kumparan primer (W)
Prinsip
kemagnetan diterapkan dalam teknologi MRI (Magnetic
Resonance Imaging), kereta maglev, dan pembangkit listrik tenaga nuklir
(PLTN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar